Kesadaran Diri dalam Filtrasi Informasi

30 November 2022, 11:03 WIB
Kesadaran Diri dalam Filtrasi Informasi /Mihuandayani

Penulis : Mihuandayani, S.Kom., M.Kom
Wakil Ketua Bidang Akademik
STMIK Multicom Bolaang Mongondow

PORTAL KOTAMOAGU, Pikiran Rakyat - Di era post truth dan hyperreality akibat dampak dari perkembangan teknologi informasi, semakin hari membawa pengaruh yang beragam khususnya dalam kehidupan sosial masyarakat.

Masifnya perkembangan teknologi digital yang ditandai dengan kemudahan dan leluasa-nya dalam memposting berbagai informasi di media sosial membuat kita sebagai user dituntut untuk jeli dalam membedakan informasi yang benar dan berita bohong (hoax) atau informasi yang dengan sengaja dibuat untuk menyesatkan orang dari kebenaran.

Sepanjang bulan November tahun ini, STMIK Multicom bekerjasama dengan pihak Kepolisian Negara untuk mengadakan seminar seperti pada kegiatan Polda Goes to Campus dan Program Quick Wins Presisi Pengembangan SDM Unggul.

Kegiatan pertama seminar sehari Polda Goes to Campus dilaksanakan oleh Direktorat Intelijen Keamanan Polda Sulawesi Utara pada 2 November 2022. Kegiatan tersebut mengusung tema “Bijak medsos, hoax nyingkir. Mahasiswa kritis, ekstremisme minggir”.

Baca Juga: Digital Minimalism, Sebuah Pilihan atau Keharusan?

Maksud dari kegiatan tersebut untuk mengedukasi masyarakat melalui mahasiswa sebagai agent of change untuk memudahkan tersosialisasinya potensi ancaman dunia maya dan berbagai langkah penanggulangan dalam penyebaran hoax dan paham ekstrimisme khususnya di kalangan kampus.

Kegiatan kedua yaitu pelatihan pembuatan konten media sosial dan copywriting serta pelatihan komunikasi publik yang dilaksanakan pada 17 November 2022 di Polres Bolaang Mongondow. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih khususnya bagian SDM Polres Bolaang Mongondow dalam memproduksi konten yang baik, menarik dan tepat sasaran di media sosial untuk efektivitas penyampaian informasi penting atau himbauan dari pihak kepolisian.

Berdasarkan kegiatan-kegiatan yang diadakan tersebut, terlihat bahwa potensi teknologi digital di media sosial memberi pengaruh penting dalam kehidupan sosial masyarakat khususnya sebagai media informasi yang paling efektif saat ini dalam memerangi berbagai kejahatan dunia maya (cyber crime) seperti penyebaran hoax, paham ekstremisme, hate speech, sentimen SARA, dan lain sebagainya.

Hoax merupakan berita berupa tulisan, gambar, atau video yang isinya tidak sesuai dengan kebenaran yang sesungguhnya atau berupa tipuan semata. Informasi hoax ini telah banyak menimbulkan berbagai macam bentuk kegaduhan di tengah masyarakat, baik dalam ranah politik, keamanan sosial, ekonomi dan hal lainnya.

Baca Juga: Marah dalam Islam, dan Sikap Rasulullah Tentangnya

Berita hoax sebut saja berita sampah di dunia maya, dapat memberikan kecenderungan pengaruh negatif pada kehidupan manusia, membentuk pemahaman dan sikap masyarakat, serta menjadi ancaman serius jika tidak dibarengi dengan literasi media yang baik.

Menurut penelitian dalam sebuah jurnal, jenis informasi hoax dapat dibedakan dalam tujuh jenis yaitu fake news, clickbait, confirmation bias, misinformation, satire, post-truth, dan propaganda.

Berita yang sering ditemui seperti hoax yang menyebutkan tentang pemenang sejumlah hadiah, hoax simpati yang menyebarkan informasi tentang orang yang butuh bantuan atau penculikan, dan berita yang menyebarkan tentang merek atau produk tertentu namun tidak memiliki nilai atau isi sebagaimana mestinya, terlebih lagi link yang ditautkan ternyata tidak valid atau bukan dari situs resmi.

Ada beragam tujuan mengapa pihak tertentu baik individu maupun berkelompok dengan sengaja membuat dan menyebarkan berita hoax.

Baca Juga: Lakukan ini Ketika Anda Mimpi Buruk, Berikut Penjelasan Ustadz Khalid Basalamah

Pembuatnya berusaha untuk menggiring opini masyarakat dan kemudian membentuk persepsi yang salah terhadap suatu informasi yang sebenarnya. Hoax juga dapat dipengaruhi oleh adanya kepentingan bisnis atau juga politik sebagai alat bagi propagandis. Provokasi, agitasi dan propaganda adalah bentuk - bentuk ancaman para pembuat hoax yang sering dilakukan.

Kesadaran diri atau self awareness dalam berselancar di dunia maya seperti media sosial menjadi hal yang sangat penting bagi penggunanya.

Terkadang hoax membuat pembaca tidak menyadari bahwa dirinya sedang dibohongi, dan membuat pembaca meyakini sebuah pemberitaan yang sumbernya tidak valid. Berbagai sumber penyebaran berita hoax biasanya ditemui melalui WhatsApp, forum Kaskus, Facebook, Twitter, Instagram atau blog.

Awalnya berita ini hanya sekadar iseng, namun karena tidak adanya filtrasi informasi atau proses menyaring berita, membuat pembaca dengan mudah langsung mem-forward atau menyebarkan informasi tersebut kepada orang-orang terdekatnya hingga ke masyarakat luas.

Baca Juga: Tata Cara Dzikir Asmaul Husna Terbaik Versi Prof Mulyono Gandadiputra dan Amir Hamzah

Hoax masih akan terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi. Berita hoax ini sebenarnya telah diatur dalam UU ITE seperti pada pasal 28, namun masih saja sering dijumpai.

Setiap individu memiliki tanggung jawab dalam penyebaran hoax terutama peran penting dari pemerintahan seperti melalui instansi kepolisian dan Kominfo dalam memerangi dampak cyber crime di kalangan masyarakat. Upaya yang dapat dilakukan seperti edukasi masyarakat, menyediakan layanan pengaduan baik di media sosial dan situs resmi, blokir, flagging, maupun melalui tindakan hukum.

Dalam bidang informatika, pengembangan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) melalui algoritma machine learning dapat turut membantu penyebaran berita hoax ini.

Melakukan deteksi informasi pada berbagai jenis data yang beredar di akun - akun tertentu. Melalui mesin pelacak yang diaktifkan untuk crawling data hoax atau konten negatif di dunia maya, instansi berwenang dan komunitas anti-hoax dapat ikut terbantu melalui mesin AI yang bekerja secara efektif dalam mengidentifikasi dan mengklasifikasikan konten yang berpotensi pada cyber crime.

Baca Juga: Tafsir Surat Al Kautsar, Surat Terpendek dalam Al-Qur'an

Generasi digital saat ini sebagai smart young dan good citizen perlu memiliki kemampuan literasi digital yang lebih baik melalui pemikiran kritis dalam memaknai pesan atau informasi yang diperoleh, mencari dan memverifikasi terlebih dahulu informasi tertentu, serta memahami bagaimana konstruksi pesan positif sebelum mendistribusikannya.

Penjelasan mengenai pentingnya filtrasi dalam menerima dan menyebarkan informasi sejalan dengan kandungan QS. Al-Isra (17:36) yaitu “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya”. Wallahu a’lam. ***

Editor: Yogi Farlin Mokoagow

Tags

Terkini

Terpopuler