Warga lainnya juga mengalami masalah serupa, seperti kesulitan bernapas akibat polusi udara. Polusi ini terjadi karena pabrik-pabrik tersebut beroperasi tanpa henti, baik siang maupun malam hari.
Pamucatan menjadi daerah yang paling terdampak karena lokasinya yang berdekatan dengan pabrik-pabrik tersebut.
Rudi juga menyinggung tentang kompensasi yang diberikan oleh perusahaan pengolahan kepada warga yang terdampak.
Namun, ia menyatakan bahwa jumlah kompensasi yang diberikan terlalu kecil, kurang dari Rp300 ribu per tahun. Rudi menegaskan bahwa nilai kompensasi tersebut tidak sebanding dengan kondisi warga yang hidup dalam lingkungan yang tercemar polusi dan menderita penyakit.
Ia bahkan menunjukkan kondisi tubuhnya yang penuh dengan gatal.
Kondisi ini merupakan darurat yang membutuhkan tindakan segera. Pemerintah dan otoritas terkait harus segera melakukan langkah-langkah penanganan polusi udara ini untuk melindungi kesehatan warga Pamucatan. ***