Namun, mereka akhirnya mencapai perdamaian dan membentuk Suku Minahasa. Mereka menunjuk pemimpin tertinggi yang disebut "muntu," yang dipilih secara demokratis.
Prasasti Watu Pinawetengan
Untuk memperingati perdamaian, mereka membuat prasasti Watu Pinawetengan, yang hingga kini belum ada yang dapat membaca artinya.
Ini merupakan salah satu batu prasasti kuno asli Indonesia yang tidak dipengaruhi oleh kebudayaan luar.
Pengaruh Bahasa Melayu
Pada tahun 1511, Minahasa berinteraksi dengan pedagang dari Maluku Utara yang membawa budaya dan bahasa baru, yaitu bahasa Melayu.
Bahasa ini, dengan aksen dan dialek yang dipengaruhi oleh Maluku, kemudian menjadi bahasa mayoritas di pesisir Minahasa.
Pengaruh Eropa dan Agama Katolik
Bangsa Portugis dan Spanyol datang ke Minahasa pada abad ke-16, membuka permukiman dan memperkenalkan agama Katolik.