Network
PORTAL KOTAMOBAGU - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan pada Jumat, 23 Juli 2021, bahwa lebih dari empat juta orang di Lebanon, termasuk satu juta pengungsi memiliki risiko kehilangan akses memperoleh air bersih lantaran kekurangan dana, bahan bakar serta pasokan yang mempengaruhi pemompaan air.
"UNICEF memperkirakan bahwa sebagian besar pemompaan air secara bertahap akan berhenti di seluruh negeri dalam empat hingga enam minggu ke depan," demikian kata sebuah pernyataan oleh badan PBB itu, dilansir Portal Kotamobagu dari Antara.
Negara Lebanon diketahui tengah berjuang melawan gejolak krisis ekonomi yang telah membuat lebih dari setengah penduduknya jatuh ke dalam kemiskinan.
Tak hanya itu, mata uang negara tersebut telah kehilangan lebih dari 90 persen nilainya dalam jangka waktu kurang dari dua tahun.
Krisis keuangan tersebut telah diterjemahkan ke dalam konteks kekurangan parah atas barang-barang pokok seperti bahan bakar dan obat-obatan lantaran dolar menipis.
Terkait hal itu, UNICEF menyatakan bahwa kalau sistem pasokan air publik jatuh, biaya atas air bisa melonjak 200 persen per bulan sebab air akan diambil dari pemasok air swasta.
Baca Juga: Peringatan Hari Anak Nasional 2021, Jokowi Dicecar Pertanyaan Soal Tugas
Sementara badan PBB itu mengatakan dibutuhkan $40 juta atau Rp579 miliar per tahun demi menopang tingkat minimum bahan bakar, klorin, suku cadang dan pemeliharaan yang dibutuhkan demi menjaga sistem kritis tetap beroperasi dengan baik.
"Kecuali tindakan segera diambil, rumah sakit, sekolah, dan fasilitas umum penting tidak akan dapat berfungsi," ujar Perwakilan UNICEF di Lebanon, Yukie Mokuo, seperti dikutip dalam pernyataan itu.***
