PORTAL KOTAMOBAGU, PRMN - Rusia menerapkan kebijakan pembayaran gas dengan menggunakan mata uang rubel kepada negara-negara Eropa.
Sebesar 40% kebutuhan gas Eropa sebagai besar berasal dari Rusia, bahkan 25% minyak Eropa dari pasokan Rusia.
Kebijakan pembayaran gas pakai rubel di tandatanggani Presiden Vladimir Putin sebagai pembalasan paling keras di bidang ekonomi atas sanksi negara-negara barat kepada negaranya terkait invansi Rusia ke Ukraina.
Baca Juga: Asam Lambung Naik Saat Puasa di Bulan Ramadhan? Simak 5 Cara Pencegahan Tanpa Obat
Putin menegaskan kepada negara-negara barat yang tak bersahabat harus membayar suplai gas dengan menggunakan mata uang rubel. Untuk pembayaran mereka harus membuka rekening dalam rubel di bank-bank Rusia. Dari rekening ini pembayaran akan dilakukan sebelum gas dikirim mulai besok.
"Jika pembayaran tidak dilakukan dalam rubel, kami akan menganggap para pembeli gagal melakukan pembayaran, diikuti dengan konsekuensi berikutnya ... kontrak yang ada sekarang akan dihentikan," kata Putin lansir dari youtube obral hangat, Senin (4/4).
Hal itu pun membuat negara-negara Eropa seperti Jerman Inggris dan Perancis mengecam kebijakan yang dikeluarkan Putin.
Baca Juga: Bintang Leo Minggu Ini, Hati Kamu Sudah Siap Memulai Perjalanan Hidup Baru
Hingga saat ini sekitar 43% gas alam yang di konsumsi Uni Eropa berasal dari Rusia dan sisanya didatangkan dari Norwegia, Timur Tengah, Amerika Serikat dan Afrika Utara.
Jerman sebagai negara paling besar pengekspor gas Rusia paling besar di Eropa menyebut hal itu sebuah pemasaran.
selain itu mekanisme pembayaran para pengimpor harus melalui bank Rusia. Dari situ, bank tersebut akan mengembalikan rubel kepada calon pembeli untuk melakukan pembayaran.***