Jejak Fakta Sejarah yang Unik Gereja Sentrum Manado: Destinasi Religi di Bumi Nyiur

- 22 September 2023, 08:41 WIB
Gereja Sentrum Manado, salah satu bukti sejarah perjalanan religius di bumi nyiur.
Gereja Sentrum Manado, salah satu bukti sejarah perjalanan religius di bumi nyiur. /

Portal Kotamoabagu - Selamat datang di dalam perjalanan kami yang akan membawa Anda menjelajahi salah satu peninggalan bersejarah yang tersembunyi di kota Manado, Sulawesi Utara, Indonesia.

Kali ini, kami akan mengungkap kisah Gereja Sentrum Manado, sebuah monumen kuno yang merangkum sejarah panjang dan mempesona yang masih hidup hingga saat ini.

Suatu perubahan signifikan telah terjadi dalam gereja ini, dengan posisi mimbar yang sebelumnya menghadap ke utara, kini dipindahkan menghadap ke arah timur.

Namun, meskipun ada perubahan tersebut, dinding dan pilar gereja ini tetap dijaga dengan hati-hati untuk memelihara keasliannya.

Gereja ini kini menjadi destinasi wisata religi yang sesekali dikunjungi oleh wisatawan asing yang mencari kedamaian spiritual.

Baca Juga: Eksplorasi Kekayaan Budaya, Tradisi, dan Alam yang Memikat di Ujung Utara Sulawesi

Namun, disayangkan, hanya sedikit dari masyarakat lokal yang merasakan keindahan dan ketenangan yang ditawarkan oleh tempat ini.

Manado, sebuah kota yang didominasi oleh masyarakat beragama Nasrani, juga terkenal karena tingkat toleransinya yang sangat tinggi terhadap agama-agama lain yang hadir secara damai di tengah masyarakat.

Ini mencerminkan semangat saling menghormati antarumat beragama yang sangat kuat di kota ini.

Secara keseluruhan, Sulawesi Utara adalah salah satu daerah yang menjadi pusat perhatian para misionaris Kristen di masa lalu.

Inilah alasan mengapa banyak masyarakat di Sulawesi Utara menganut agama Nasrani hingga saat ini.

Mari kita selangkah lebih dalam ke masa lalu. Gereja Sentrum Manado, yang merupakan gereja tertua di Manado dan Sulawesi Utara, berdiri sejak tahun 1677.

Gereja ini adalah salah satu peninggalan masa kolonial Belanda yang masih berdiri kokoh hingga hari ini.

Terletak di Kelurahan Lawangirung, Kecamatan Wenang, Provinsi Sulawesi Utara, gereja ini telah menjadi saksi bisu dari banyak peristiwa sejarah yang terjadi di wilayah ini.

Meskipun sejarah Gereja Sentrum Manado mungkin sudah mulai terlupakan oleh generasi muda, gereja ini memiliki peran penting dalam penyebaran ajaran Kristen yang baru di masa lalu.

Baca Juga: Olly Dondokambey: Suara Ganjar Pranowo Merata di Sulawesi Utara, Target 70% Keterpilihan

Nama gereja ini berubah menjadi Gereja Sentrum Manado setelah kemerdekaan Indonesia, tetapi jejak sejarahnya masih membawa kita kembali ke masa ketika agama Kristen pertama kali tiba di wilayah ini.

Pada masa ketika Indische Kerk berperan besar, pelayanan administrasi gereja di Minahasa dan Bitung berkumpul di Manado.

Namun, tanggal 30 September 1934, menjadi penanda penting ketika Gereja Protestan di Manado, Minahasa, dan Bitung resmi berdiri sendiri sebagai Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM), dengan kantor pusat yang dipindahkan ke Tomohon.

Namun, dominasi negara dalam urusan kehidupan rohani menimbulkan ketidakpuasan. Hal ini mendorong kelahiran KGPM pada tahun 1933 sebagai respons terhadap pemisahan gereja dari negara dan upaya untuk mempertahankan kemerdekaan beribadah.

Pada tahun 1952, gereja yang merupakan artefak budaya berharga ini dibangun kembali dan diresmikan kembali pada tanggal 10 Oktober 1952.

Bangunannya memiliki karakteristik khas Gereja Protestan di Belanda, dengan bentuk persegi yang melambangkan empat penjuru mata angin. Gereja ini menjadi tempat beribadah yang penting bagi masyarakat Manado dan Sulawesi Utara pada masa itu.

Seiring berjalannya waktu, bangunan GMIM Sentrum Manado telah mengalami beberapa kali renovasi dan perubahan untuk memastikan kelangsungannya.

Meskipun sejarahnya mungkin sudah tidak lagi begitu dikenal oleh banyak orang, gereja ini tetap menjadi simbol warisan bersejarah yang harus dipelihara.

Gereja ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga sebuah monumen hidup yang menghadirkan kisah-kisah panjang tentang perjalanan rohani dan sejarah bumi nyiur. ***

Editor: Suprianto Suwardi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah