Para putri raja dihormati dengan sebutan Bokek, dan mereka memiliki peran penting dalam pemerintahan.
Salah satu raja yang penting dalam sejarah Bolaang Mongondow adalah Yayu Bangkai, yang berkuasa dari tahun 1460 sampai 1480.
Selama pemerintahannya, Bolaang Mongondow mengalami perkembangan penting.
Namun, setelah Yayu Bangkai, banyak raja-raja Bolaang Mongondow yang mengadakan pernikahan di luar suku mereka, termasuk dengan orang Minahasa.
Hal ini mengakibatkan perpindahan pusat pemerintahan ke Kotabangon.
Pada tahun 1621, tadohe diangkat menjadi penuh Mal entut, yang mengubah struktur pemerintahan dan sistem sosial masyarakat.
Baca Juga: Cuma Rp15 Jutaan! Honda Luncurkan Skuter Listrik Motocompacto, Desain Klasik dengan Teknologi Modern
Desa-desa dibentuk di bawah kepemimpinan seorang Kepala Desa, dan tempat upacara pengobatan disebut Sigi.