Populasi Lansia di Indonesia Meningkat Dua Kali Lipat dalam Lima Dekade Terakhir

- 30 Mei 2021, 11:05 WIB
Ilustrasi lansia.
Ilustrasi lansia. /Pexels/Vlada Karpovich

"Jika angkanya sudah mencapai 10 persen, Indonesia akan berubah menjadi negara dengan struktur penduduk tua (ageing population),” kata Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga, Kementerian Kesehatan RI  dr. Riskiyana Sukandhi Putra, MKes, dalam diskusi virtual, Jumat 28 Mei 2021.

Dalam rangka Hari Lanjut Usia Nasional 2021, Fonterra Brands Indonesia, melalui Anlene, bersinergi dengan Kementerian Kesehatan, Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (PEROSI), dan komunitas lansia untuk memberdayakan peran dan potensi lansia. Selain itu juga mengajak masyarakat mendukung lansia agar mencapai kehidupan yang sehat, aktif, dan bahagia.

Riskiyana menambahkan, kondisi lansia yang sehat, bugar dan produktif ditentukan salah satunya oleh aktifitas fisik yang dilakukan secara Baik, Benar, Terukur dan Teratur (BBTT) sejak usia dini. 

Baca Juga: FP3 MotoGP Italia: Rider Ducati Francesco Bagnaia ‘Kalahkan’ Marc Marquez

Pada tahun 2017, Pemerintah menerbitkan Inpres nomor 1 tahun 2017 tentang  Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) untuk mendorong masyarakat Indonesia melakukan pembudayaan aktivitas fisik, menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), pola makan gizi seimbang dan deteksi dini penyakit agar masyarakat Indonesia sehat, bugar dan tertap produktif di Usia Lanjut.

Ketua Umum Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (PEROSI) dr. Bagus Putu Putra Suryana, SpPD-KR, mengatakan, orang dengan usia lanjut memiliki risiko berbagai ancaman penyakit tidak menular seperti jantung, stroke, dan lainnya termasuk osteoporosis. 

"Osteoporosis masih menjadi masalah global yang berkembang, lebih dari 10 juta orang di seluruh negeri diperkirakan menderita osteoporosis," katanya. 

Baca Juga: Sebut Megawati Tak Berilmu soal Kepentingan Rakyat, Cak Nun: Jangan Salahkan Mega, karena Dia Enggak Ngerti

Lansia adalah salah satu kelompok risiko Osteoporosis karena seiring bertambahnya usia kita kehilangan lebih banyak kepadatan tulang. Jika kehilangan kepadatan tulang terjadi secara terus menerus akan menyebabkan osteoporosis sehingga berisiko mengalami patah tulang.

“Menurut data dari World Health Organization (WHO), 50% kejadian patah tulang disebabkan oleh osteoporosis. Patah tulang dapat menyebabkan rasa nyeri, disabilitas, deformitas hingga meningkatkan risiko kematian akibat komplikasi medis.  Untuk itu, investasi kesehatan tulang, sendiri, dan otot agar tetap kuat merupakan tujuan yang penting dilakukan setiap orang dengan usia berapapun, untuk memastikan kesehatan secara menyeluruh di setiap tahap kehidupan.”

Halaman:

Editor: Indra Umbola

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah