Studi itu juga menyebutkan bahwa masa hidup yang dipersingkat terkait dengan jam kerja yang panjang berdampak signifikan pada pria, orang dengan beban kerja yang lebih besar, dan mereka yang tinggal di Pasifik Barat dan Asia Tenggara.
Menurut analisis, beban penyakit yang diakibatkan diperkirakan dengan menerapkan fraksi populasi yang disebabkan oleh perkiraan kesehatan global WHO dari total beban penyakit.
Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pandemi Covid-19 telah 'mengaburkan batas' antara rumah dan tempat kerja, karena lebih banyak orang harus bekerja dari jarak jauh selama setahun terakhir.
"Selain itu, banyak bisnis terpaksa mengurangi atau menghentikan operasi untuk menghemat uang, dan orang-orang yang masih bergaji kecil akhirnya bekerja lebih lama," kata Ghebreyesus.
"Tidak ada pekerjaan yang sebanding dengan risiko stroke atau penyakit jantung. Pemerintah, pengusaha, dan pekerja perlu bekerja sama untuk menyepakati batasan untuk melindungi kesehatan pekerja," ucapnya.*** (Julkifli Sinuhaji/Pikiran Rakyat)