Survei Indeks Literasi Digital Nasional, Indonesia Masuk Kategori 'Sedang' tentang Hoaks

15 Oktober 2022, 20:17 WIB
Hoaks di Indonesia kategori 'sedang' / international binus /

PORTAL KOTAMOBAGU, Pikiran Rakyat - Kemenkominfo dan Katadata Insight Center pada tahun 2021 melaksanakan survei Indeks Literasi Digital Nasional Indonesia pada tahun 2021.

Hasil survei Indeks Literasi Digital Nasional Indonesia itu cukup mencengangkan. Indonesia masih berada dalam kategori “sedang” dengan angka 3.49 dari 5,00.

“Karena itu perlu dilakukan Workshop Literasi Digital dengan materi yang didasarkan pada empat pilar utama literasi digital, yaitu kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital," demikian siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu 15 Oktober 2022.

Berkolaborasi dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, pelaksanaan “Workshop Literasi Digital” itu bertujuan memberikan pemahaman tentang Literasi Digital kepada masyarakat.

Baca Juga: Windah Basudara Jadi Trending Google, Ternyata Penyebabnya Patut Dicontoh

Workshop tersebut diadakan di Kabupaten Ende dan Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur beberapa waktu lalu.

Workshop bertema "Pemahaman Pemakaian Sosial Media Dalam Melakukan Filter Terhadap Berita Hoax” menghadirkan P.D. Indriastuty seorang Key Opinion Leader (KOL), Ferdinandus Lidang Witi sebagai tokoh pendidikan, dan Indriyatno Banyumurti selaku pegiat literasi digital dari ICT Watch.

Para tokoh tersebut dihadirkan sebagai pembicara utama dalam workshop yang menjadi bagian dari upaya Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) untuk terus melakukan pemahaman kepada masyarakat tentang bahayanya hoax atau berita bohong.

Kepala Dinas Kominfo Kabupaten Ende, Supriyanto menyatakan bahwa makin maraknya kejahatan siber dan hoax diakibatkan masyarakat hanya mengetahui cara menggunakan Internet tanpa memahami etika penggunaannya.

"Pemerintah harus berkolaborasi dengan masyarakat dan stakeholder lainnya agar nilai-nilai kebenaran dan etika dapat dijalankan tanpa meninggalkan nilai-nilai budaya dalam menggunakan teknologi digital,” tuturnya.

Baca Juga: 25 Kata dalam Bahasa Makassar serta Artinya ini Masuk KBBI, Mulai dari Acuci hingga Tumanurung

Sementara itu, Indriastuty yang akrab disapa Tuteh dalam paparannya menyampaikan bahwa sekarang ini terdapat racun di dalam masyarakat.

Racun yang dimaksud adalah kebiasaan ingin dianggap paling pertama tahu tentang sesuatu.

Hal ini, lanjutnya, membuat masyarakat cenderung tidak melakukan verifikasi terhadap suatu informasi agar cepat menyebarkan informasi itu.

Tuteh juga memaparkan bahwa ada enam cara menangkal hoaks di masyarakat, yaitu

  1. Waspadai judul berita yang provokatif
  2. Cermati situs berita yang dibaca
  3. Cek keaslian foto/video yang tersebar
  4. Saring sebelum sharing
  5. Ikuti situs antihoaks
  6. Jangan berhenti menyebarkan informasi cara menangkal hoaks.

Senada disampaikan Ferdinandus Lidang. Dia mengingatkan peserta workshop untuk selalu menjaga keamanan akun media sosial saat beraktivitas secara digital.

Baca Juga: Sejarah Hari Museum Nasional yang Diperingati Setiap Tanggal 12 Oktober

“Hati-hati mengklik tautan di media sosial, karena dapat mengakibatkan akun kita diakses dan kita dapat menjadi korban hoax," tuturnya.

Kadis Kominfo Nagekeo Andreas Ndona Corsini menuturkan bahwa masih banyak masyarakat yang menggunakan media sosial tanpa berpikir cara menjaga sikapnya.

“Mereka (pengguna media sosial) mengatakan bahwa mereka punya hak dalam mengekspresikan diri. Saya bilang, Anda tidak tinggal di pulau terpencil, tetapi berhubungan dengan banyak orang, oleh karena itu perlu menggunakan etika dalam bermedia sosial,” tuturnya.

Kegiatan Workshop di Kabupaten Nagekeo diisi oleh narasumber-narasumber lokal dan nasional, yaitu Edy Kasi seorang influencer lokal, Rosadalima Dee Panda sebagai tokoh pendidikan, dan Indriyatno Banyumurti selaku pegiat literasi digital dari ICT Watch.

Edy Kasi dalam paparannya menjelaskan, cara pemberian informasi pada era sekarang sangat berbeda dengan yang dahulu.

Sekarang masyarakat dituntut untuk dapat menyampaikan ilmu yang dimiliki melalui komunikasi berdasarkan 4C, yaitu critical thinking (berpikir kritis), creativity (Kreatif), collaboration (Kolaborasi), dan communication (Komunikasi).

“Manfaat literasi digital adalah lebih ke arah menambah wawasan individu. Seperti yang dilakukan pada saat pandemi, masyarakat menggunakan kemajuan media digital untuk belajar dengan menggunakan aplikasi Zoom Meeting," tuturnya.

Rosadalima Dee Panda atau Rosa menjelaskan, agar penggunaan teknologi digital dapat dilakukan dengan baik, diperlukan pengetahuan mengenai budaya digital. Hal ini dapat membantu pengguna teknologi digital dalam berinteraksi antarsesama pengguna.

"Budaya digital membentuk cara berinteraksi secara personal, dengan lingkungan dan dengan orang lain yang menunjukkan hal-hal yang baik di media sosial,” tuturnya.

Pada sesi pamungkas, Ibe sebagai pemateri terakhir membagikan tools keamanan digital. Pria yang aktif di ICT Watch ini juga mengajak peserta kegiatan untuk senantiasa cakap, cerdas dan bijak dalam menggunakan media digital.

Workshop Literasi Digital ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.***

Editor: Sahril Kadir

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler