Kisah Islami : Berperan Membagikan Rezeki Allah

- 15 April 2022, 02:00 WIB
Ilustrasi. Kisah Islami
Ilustrasi. Kisah Islami /Pexels/Pixabay

Baca Juga: Kisah Islami : Berkah Sedekah di Hari Asyura

Ia berkata dalam hatinya, “Sesungguhnya Allah telah mendatangkan burung ini dengan membawa makanan bagi burung yang patah sayapnya, yang tidak mampu berusaha sendiri untuk memperoleh bagian rezekinya. Karena itu, tentulah Allah sangat mampu (berkuasa) untuk mendatangkan rezeki padaku di manapun aku berada!!”

Mengakhiri ceritanya itu, Syaqiq berkata kepada Ibrahim bin Adham, “Setelah peristiwa itu saya meninggalkan semua aktivitas dunia perniagaan, mengisi waktu hanya dengan beribadah kepada Allah dan menuntut ilmu…!!”

Mendengar penjelasannya itu, Ibrahim berkata, “Mengapa engkau tidak memilih menjadi burung yang sehat itu, yang menyampaikan rezeki Allah (memberi makan) kepada burung yang sakit?? Tidakkah engkau pernah mendengar sabda Rasulullah SAW : Tangan yang di atas lebih utama daripada tangan yang di bawah? Juga sabda beliau : Dan di antara tanda-tanda seorang mukmin itu ialah mencari yang lebih tinggi tingkatannya (sesuai kemampuannya) dari dua derajad dalam segala urusannya, sehingga ia mencapai derajad orang-orang yang berbuat kebaikan (mukhsinin)….!!”

Baca Juga: Kisah Islami : Tersebunyinya Kekasih Allah

Syaqiq tersentak kaget dengan perkataan Ibrahim bin Adham tersebut. Disangkanya, kehidupan ‘tajrid’, yakni hanya berpasrah kepada rezeki yang dibagikan Allah tanpa banyak berusaha, kemudian menghabiskan waktu semata-mata untuk beribadah adalah derajad tertinggi, bagi orang-orang yang memutuskan untuk menempuh jalan sufi, jalan hidup yang zuhud terhadap dunia.

Tetapi dengan perkataan Ibrahim itu ia tersadarkan, bahwa tidak mesti seperti itu. Masing-masing orang mungkin memiliki amalan berbeda dalam memperoleh derajad tinggi di sisi Allah, sesuai dengan kondisi yang diadakan Allah untuk dirinya.

Syaqiq segera memegang tangan Ibrahim bin Adham dan berkata, “Wahai Abu Ishaq, engkau adalah guru kami, bimbinglah kami di jalan ini!!”

Baca Juga: Kisah Islami : Seorang Yahudi Yang Merindukan Rasulullah Muhammad SAW

Setelah itu Syaqiq terjun kembali di dunia perniagaan, walaupun hanya sekedarnya saja. Sekedar untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya secara sederhana, dan membantu orang-orang di sekitarnya yang membutuhkan pertolongan secara finansial. Porsi waktunya masih tetap lebih banyak dihabiskan untuk beribadah kepada Allah dan menuntut ilmu.

Halaman:

Editor: Suprianto Suwardi

Sumber: Buku Cerita


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x