Network
“Ini menyebabkan seseorang dari cukup jatuh ke bawah turun miskin. Dari miskin turun ke bawah lagi fakir. Kalau dia ngak pernah belajar tangganya maka selamanya dia tidak akan pernah naik. Kalau dia ngak pernah belajar tangganya maka selamanya dia tidak akan pernah naik. Dan saat akan naik pun karena tak pernah punya tangga kemungkinan besar akan jatuh" ujar UAH.
Seperti halnya kata Ustadz Adi Hidayat menjelaskan kisah Sayidah Maryam yang melahirkan Nabi Isya Bin Maryam Alaihisallam. Dimana, Jadi pembuktiannya dari awal persis seperti Sayidah Maryam itu diberikan pendahuluan oleh Allah sebelum melahirkan Nabi Isya Alaihisalaam dengan cara yang tidak biasa.
“Sayidah Maryam diberikan pengantar oleh Allah. Apa pengatarnya? dari mulai beliau tumbuh berkembang dirawat oleh pamanya Nabi Zakariyah Alaihi salaam apa yang terjadi dengan beliau. Setiap mau makan, makananya ada, setap ada kebutuhan diantar semua oleh Nabi Zakaria, baru dibuka pintunya mihrabnya setiap sudah ada semua yang dibutuhkan,” jelas Ustadz Adi Hidayat.
Untuk itu kata Ustadz Adi Hidayat, setiap orang yang ingin berusaha agar rezekinya diluaskan oleh Allah maka harus memiliki keyakinan kepada Allah.
“Makanya ketika pamannya (Zakaria) bertanya, Mariam dari mana semua ini? Langsung buktikan melalui lisannya, ini semua dari Allah,” ungkap Ustad Adi Hidayat.
Tambah Ustadz Adi Hidayat, Muqaddimah awal pemberian yang membuat kita yakin, sama persis ketika ada bayi yang baru lahir dalam kandungan sudah dijamin oleh Allah rezkinya lewat Asinya, makanan Ibundanya.
Baca Juga: Surat yang Memiliki Keistimewaan di Dalam Kitab Suci Al-Qur'an, Berikut Penjelasan Buya Yahya
“Baru lahir orang sekitar menghantarkan makanan untuk menujukan. Makanya orang tua saat di anugrahi anak yang terlahir datang orang tua, orang lain, tetangga, kerabat datang bahkan yang tidak dikenal. Sesunggunya itu adalah pertanda dari Allah untuk mengunkan keyakinan," katanya.
Persoalan rezeki kata Ustadz Adi Hidayat jangan pernah mengkhawatirkan atas janji dan jaminan oleh Allah SWT. Bahkan UAH menegaskan untuk tidak membangun persepsi dalam benak bahwa ini bisa miskin, bisa fakir karena batas dari rizki Allah bagi hambanya bersifat cukup.
"Kemiskinan hanya terjadi bagi orang yang tidak pernah merasa cukup, sedangkan orang yang selalu mencukupkan dirinya maka pada hakekatnya dia adalah orang kaya yang sesungguhnya," katanya.***
