Kisah Islami : Gerakan Ya’juj dan Ma’juj Tanda Datangnya Kiamat

- 9 April 2022, 01:45 WIB
Ilustrasi gerakan Ya'juj Ma'juj tanda datangnya hari kiamat.
Ilustrasi gerakan Ya'juj Ma'juj tanda datangnya hari kiamat. /Blog.elevenia.co.id

Sejak awal melakukan ‘muhibah’ ke segala penjuru bumi, Dzul-Qarnain mempunyai misi untuk menyebarkan kebaikan dan keamanan semata-mata karena mengharap keridhoan Allah, tidak karena ambisi kekuasaan, kekayaan dan nama besar. Karena itu ia berkata, “Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka!!”

Dzul-Qarnain mulai menggerakkan pasukannya untuk membuat proyek dinding atau bendungan yang akan menutup akses Ya’juj dan Ma’juj keluar dari wilayahnya, dengan bantuan penduduk setempat. Ia meminta mereka untuk mengumpukan potongan-potongan besi dan tembaga sebagai bahan pembuatannya. Sebagian ulama menyebutkan, dinding atau bendungan itu terdiri atas dua lapisan besi setinggi dua gunung yang mengapitnya, di tengah-tengahnya dituangkan tembaga yang telah dicairkan dengan panas sangat tinggi.

Entah teknologi atau arsitektur apa yang digunakan Dzul-Qarnain dalam merealisasikan bendungan baja tersebut, sehingga begitu kokohnya hingga dekat datangnya hari kiamat kelak. Tetapi yang jelas, hal itu tidak terlepas dari bimbingan ilham (wahyu) Allah kepadanya. Sikap tawadhu Dzul-Qarnain tampak sekali ketika dinding atau bendungan itu telah selesai dikerjakan. Ia berkata, “Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur luluh, dan janji Tuhanku itu adalah benar!!"

Baca Juga: Kisah Islami : Ketika Nabi Khidir Menjadi Budak

Sebagian riwayat menyebutkan, tempat tinggal Ya’juj dan Ma’juj itu adalah jurang yang begitu dalam, terkurung oleh dua gunung yang mendindinginya begitu tinggi, hampir tidak bisa didaki karena begitu licinnya. Di balik gunung-gunung itu hanya batu-batuan yang sangat curam dan terjal, serta lautan luas yang begitu ganas gelombangnya. Setelah jalan keluarnya tertutup dengan dinding yang dibuat oleh Dzul-Qarnain itu, praktis Ya’juj dan Ma’juj terisolasi dari dunia luar, bahkan sinar matahari tidak bisa menembus tempat tinggalnya. Namun demikian, dengan kehendak Allah, mereka tetap bertahan hidup hingga menjelang kiamat kelak, bahkan berkembang biak dengan sangat cepatnya sehingga jumlahnya jauh lebih banyak daripada manusia.

Sahabat Abu Hurairah meriwayatkan, bahwa Nabi SAW menjelaskan kalau setiap harinya Ya’juj dan Ma’juj itu melakukan penggalian untuk menembus gunung atau dinding baja tersebut. Setelah seharian penuh melakukan penggalian begitu dalam dan jauhnya, bahkan hampir saja mereka bisa melihat sinar matahari, salah satu pemimpinnya akan berkata, “Berhenti, kembalilah kamu sekalian, kita lanjutkan besok pagi untuk menggalinya!!”

Malam harinya Allah mengembalikan lagi dinding gunung atau bendungan itu seperti semula, sehingga pagi harinya mereka harus menggali lagi dari awal. Ketika mereka telah hampir menembus dan nyaris melihat sinar matahari, lagi-lagi pemimpinnya menghentikan untuk melanjutkan penggalian keesokan harinya. Pada malam harinya Allah mengembalikan galian mereka seperti semula. Begitulah berulang-ulang hingga hari kiamat menjelang, dan memang seperti itulah yang dikehendaki Allah, Ya’juj dan Ma’juj akan muncul ketika kiamat benar-benar telah sangat dekat.

Baca Juga: KIsah Islami : Kecintaan Hamba Allah yang Sebenarnya kepada Para Hambanya

Sebagian ulama berpendapat, ketika kemunculannya menjelang hari kiamat kelak, Ya’juj dan Ma’juj mempunyai bentuk yang sangat berbeda dengan umumnya manusia sekarang, walau sebenarnya berasal dari ras manusia juga. Mereka terdiri dari tiga bentuk dengan ukuran yang berbeda. Pertama mirip dengan lebah atau pohon besar (al arzi) dengan ukuran yang sangat besar, yakni 120 hasta atau sekitar 60 meter. Kedua ukurannya lebih kecil dan berbentuk persegi panjang dengan daun telinga yang sangat lebar. Ketika tidur, satu telinga dipakai untuk alas dan telinga satunya untuk selimut. Ketiga sangat kecil, tak lebih dari sejengkal saja. Tetapi mereka itu semuanya bercakar, atau kukunya sangat panjang, dan suaranya seperti auman singa atau gonggongan anjing.

Tentu sulit dijelaskan secara ilmiah bagaimana bisa seperti itu, tetapi kalau mengutip Teori Evolusi Darwin, terlepas bahwa kita tidak boleh mempercayai pendapatnya bahwa manusia berasal dari jenis primata atau kera, bisa saja Ya’juj dan Ma’juj mengalami evolusi dan menjalani proses adaptasi sehingga menjadi tiga bentuk dan ukuran yang berbeda seperti itu. Untuk diketahui, Nabi Adam AS diciptakan Allah setinggi 60 hasta atau sekitar 30 meter, tentunya Nabi Nuh AS tidak jauh berbeda dengan beliau. Tetapi apapun bentuk dan ukurannya, benar atau tidak seperti itu hanyalah Allah saja yang lebih mengetahui, mereka memang ‘disiapkan’ oleh Allah untuk menjadi tanda besar datangnya kiamat. Dan mereka semua itu hanya akan menjadi penghuni neraka jahanam karena tidak ada satupun yang beriman.

Halaman:

Editor: Suprianto Suwardi

Sumber: Buku Cerita


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah