Sigi juga merupakan tempat penghapusan dosa atau kesalahan bagi pesakitan, pengampunan bagi pelanggar adat, dan sebagai penghapus aib. Sehingga sigi bisa disebutvmerupakan simbol kesatuan desa.
Setiap tahun masing-masing desa melaksanakan upacara pengobatan desa, pemujaan dan penyembahan terhadap roh-roh leluhur, yang dikenal dengan sebutan monibi.
Dalam upacara ini, mereka mengorbankan hewan seperti babi, kambing betina dan ayam, yang darahnya dipercikkan di atas tangga sigi oleh pemimpin adatnya.
Upacara dilakukan sebagai bentuk sedekah bumi kerajaan Bolaang Mongondow, di mana seluruh masyarakat desa turut serta, tetapi tertutup bagi penduduk luar desa.
Itulah sedikit penjelasan tentang kepercayaan yang dianut masyarakat Bolaang Mongondow sebelum masuknya Islam.***