Ini Dampak Hibernasi Matahari Bagi Bumi, Menurut Prediksi Ilmuan NASA

- 27 Juni 2022, 21:00 WIB
Foto ilustrasi. Dampak dari badai matahari ke bumi
Foto ilustrasi. Dampak dari badai matahari ke bumi /Youtube @ILMUNESIA/

PORTAL KOTAMOBAGU, Pikiran Rakyat - Ilmuwan memperkirakan jika matahari bangun dari masa hibernasinya, maka sesuatu yang mengerikan akan terjadi.

Seperti diketahui, jika matahari adalah sebuah bintang yang menjadi pusat tata surya, dimana matahari termasuk bintang berukuran dengan radius sekitar 696.000 KM.

Dimana, matahari juga kebanyakan tersusun dari gas-gas hidrogen dan helium yang sangat panas. Sebagai sebuah bintang, matahari menghasilkan sendiri cahaya yang dipancarkannya yang dihasilkan dari reaksi fusi atau penggabungan inti atom.

Baca Juga: Penambang Emas Temukan Mumi Mammoth yang Diperkiran Berusia Ribuan Tahun.

Dilansir Portalkotamobagu.com dari kanal Youtube @ILMUNESIA dengan judul artikel "Prediksi Ilmuan NASA Tentang Dampak Hibernasi Matahari Bagi Bumi".

Pasalnya, para ilmuwan mendeteksi suara matahari kelas M terkuat dalam 3 tahun terakhir. Bumi berpotensi mengalami badai matahari, jika matahari aktif kembali, dan kejadian ini seperti yang digambarkan pada film "Knowing".

Matahari baru saja mengeluarkan solar flare atau suar terbesar sejak 2017. Dimana hal itu menandakan bintang di pusat tata surya ini, akan bangun dari fase kurang aktif.

Baca Juga: Ternyata Ada Planet yang Dipenuhi Dengan Berlian, Simak ini Penjelasannya

Walaupun suara matahari meletus di sisi berlawanan bumi, solar Dynamics observatory NASA berhasil mendeteksi pancarannya dari atas permukaan matahari.

Dimana, suar matahari merupakan ledakan tiba-tiba yang terjadi di matahari dan terkadang muncul bersamaan dengan lengkungan plasma panas. Kilatan ini biasanya muncul di area yang sama, dengan bintik matahari atau bercak gelap dari permukaan matahari yang lebih dingin.

Matahari juga memiliki siklus yang berlangsung sekitar 11 tahun, dan dihitung berdasarkan jumlah bntik yang tampak di permukaan matahari.

Baca Juga: Berikut LINK Nonton Film Pertaruhan The Series Episode 1, 2, 3, 4 dan 5

Matahari berada dalam kondisi aktif, jika menunjukkan banyak bintik dalam satu sisi, dan jika tidak ada bintik matahari yang tampak.

Perlu juga kita ketahui, jika siklus terakhir dimulai pada 2008 dan menghasilkan badai matahari besar pada 2012.

Aurora borealis atau northern light, bisa muncul karena badai matahari. Limpahan partikel bermuatan dari matahari yang sangat aktif, akan menerangi langit.

Baca Juga: Simak Aturan Skema Pertandingan dan Jadwal Perempat Final Piala Presiden 2022

Namun, insiden masa lalu menunjukkan suara dan ejeksi sangat hebat, yang meledakkan gelombang sinar-X dan radiasi UV kuat yang dapat merusak sistem satelit, serta menyebabkan kegagalan energi di bumi.

Namun, bumi cukup beruntung bisa keluar dari garis api pada badai matahari 2012, tapi para ilmuwan melihat ini sebagai peringatan, apa yang mungkin terjadi jika badai matahari menghantam planet di masa depan, termasuk solar cycle 25.

Tak hanya itu, matahari sudah tahunan hibernasi dan ledakan tersebut mungkin menunjukkan kebangkitannya. Dimana, matahari akan melontarkan partikel dan radiasi berbahaya, jika aktif kembali.

Baca Juga: Berikut Jadwal Lengkap Perempat Final Piala Presiden 2022

Ledakan yang terjadi pada 29 Mei kemarin, masuk kedalam kategori kelas M atau M-Flare, yang berarti ledakan bersifat sedang dan tidak menimbulkan resiko besar bagi bumi jika dihantam.

Sedangkan suara matahari kelas X, atau X-Flare adalah jenis yang paling kuat dan sudah 2 tahun X-Flare atau M-Flare telah terdeteksi.

Matahari juga mengalami dua masa aktif, yang dikenal sebagai solar maksimum pada 2011 dan 2014, sebelum akhirnya tidak menunjukkan bintik sama sekali.

Baca Juga: MENGEJUTKAN! Kehadiran Gareth Bale di MLS Disebut Sebagai Tantangan Tersendiri

Mengingat siklus ini dimulai pada 2018, terbaru menandakan matahari sesuai dengan jadwal siklus 11 tahunannya.

Namun, demikian belum bisa disimpulkan matahari sudah bangun, karena suara minimumnya adalah Titik terendah obsolut atau bintik matahari dalam siklus, adalah titik terendah dalam obsolut bintik matahari dalam siklus.

Meski bisa merusak infrastruktur, perkiraan terjadinya badai matahari pada dekade berikutnya relatif rendah berkisar antara 1 hingga 10%. Jadi kalian tidak perlu mengkhawatirkan Kejadian ini. (***)

Editor: Widodo Mahaputra

Sumber: Youtube @ILMUNESIA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah