Contohnya, Pakistan dan Sri Lanka yang telah menghadapi krisis keuangan yang parah saat ini dan ke dua Negara ini menjadi penerima "bantuan" ekonomi terbesar dari China.
Kini Sri Langka harus gulung tikar setelah krisis ekonomi Global, yang disebabkan oleh Pandemi Covid-19 dan perang Ukraina Rusia.
Baca Juga: AHM Segera Launching Honda New ADV 160, Bakal Gebrak Pasaran Otomotif
Krisis ini terlihat di Sri Langka, saat Pandemi yang mengeringkan lalulintas wisata Internasional.
Negara kepulauan yang sangat indah ini, merupakan salah satu penghasil devisa utama mereka.
Namun, dengan utang negara yang melonjak dan cadangan devisa yang mulai menyusut, sebagai akibat dari pinjaman yang sembrono dari Cina, guna untuk membiayai proyek infrastruktur mereka.
Tapi, ketika infrastruktur telah terbangun dengan matang, namun para turis tidak ada yang mengunjungi tempat tersebut.
Baca Juga: Sekilas Tentang Michael Krmencik, Boomber Baru Macan Kemayoran yang Bakal Disegani di Liga 1
Tak hanya itu, sebagian besar utang Sri Lanka kepada Cina yang telah menyumbang hampir 8 miliar dolar.
Beban hutang ini, merupakan hasil dari proyek Belt and Road, Initiative dari Cina, seperti pelabuhan Hambantota dan Colombo Port City, dimana lembaga-lembaga Cina, meminjamkan sejumlah uang ke Sri Lanka dengan persyaratan pembayaran yang kaku.