Cara Mengenali Gejala Trauma pada Anak Dengan 2 Metode Ini

- 10 April 2022, 22:30 WIB
Ilustrasi. Cara mengatasi trauma masa kecil.
Ilustrasi. Cara mengatasi trauma masa kecil. /Unsplash/Caleb Woods//

PORTAL KOTAMOBAGU, PRMN- Sejatinya, orang-orang yang mengalami peristiwa traumatis sebelum mencapai usia 11 tahun memiliki potensi 3 kali lebih besar untuk menunjukkan gejala psikologis daripada mereka yang mengalami trauma pertamanya pada usia remaja atau dewasa.

Tidak bisa dimungkiri, peristiwa atau pengalaman yang trauma ini beresiko mengacaukan kehidupan jangka panjang sang anak jika tidak segera ditangani atau diobati.

Untungnya, kemungkinan tersebut tidak perlu terjadi jika anak yang bersangkutan menerima dukungan dan bantuan dari orang tua dan orang dewasa lain yang bisa dipercaya, agar trauma itu tidak mincul.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Pisces 11 April 2022 hari ini: Sudah Waktunya Kerja Keras Anda Mendapatkan Imbalan yang Layak

Khawatir seorang anak yang Anda kenal sedang berusaha mengatasi traumanya? Pahamilah bahwa pendampingan Anda sangatlah penting untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengatasi trauma tersebut.

Oleh karena itu, jangan ragu membantunya untuk menghadapi situasi yang terjadi, mendampinginya saat dia berduka, dan mendorongnya untuk melanjutkan hidup ke arah yang lebih baik.

Ingat, berikan bantuan sesegera mungkin agar dampaknya tidak berlarut-larut! Namun, sebelum bertindak, pastikan Anda benar-benar mengenali gejala trauma pada anak untuk mengetahui pola penanganan seperti apa yang bisa Anda berikan untuknya.

Baca Juga: Zodiak Taurus Mei 2022, Ramalan Kesehatan, Asmara, Karir dan Keuangan

Metode 1 Memahami Trauma

1. Pahami peristiwa atau pengalaman yang dapat dianggap traumatis oleh anak-anak. Pengalaman traumatis umumnya merujuk pada peristiwa yang membuat anak tersebut takut, terkejut, merasa hidupnya terancam, dan/atau merasa rapuh. Beberapa peristiwa traumatis yang mungkin terjadi pada anak-anak:

Bencana alam
Kecelakaan berkendara atau kecelakaan lainnya
Pengabaian
Kekerasan verbal, fisik, atau seksual
Pemerkosaan
Peperangan
Perundungan yang parah
Terapi kepatuhan, pengekangan, dan pengasingan.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Libra 11 April 2022: Disetiap Kesulitan Pasti Ada Kebahagiaan

2. Sadarilah bahwa setiap orang memiliki respons yang berbeda terhadap trauma. Meski dua orang anak mengalami peristiwa yang sama, mereka dapat memiliki gejala atau mengalami tingkat trauma yang berbeda.

Dengan kata lain, peristiwa yang dianggap traumatis oleh seorang anak mungkin saja hanya dianggap menyebalkan oleh anak yang lainnya.

3. Pertimbangkan kemungkinan terjadinya trauma pada orang tua atau orang-orang terdekatnya yang lain. Respons trauma dalam diri anak-anak juga bisa dipicu oleh gangguan stres pascatrauma yang diderita orang tuanya.

Kemungkinan, mereka memberikan reaksi yang lebih ekstrem terhadap trauma karena orang dewasa di sekitarnya (terutama orang tuanya) juga bersikap serupa.

Baca Juga: Negara di Dunia Ogah Memakai Dolar AS, Ada Apa ?

Metode 2 Mengenali Gejala Fisik

1. Amati terjadinya perubahan kepribadian yang signifikan. Cobalah membandingkan sikap anak yang bersangkutan sebelum dan sesudah terjadinya trauma; jika Anda menemukan adanya perubahan perilaku yang ekstrem, kemungkinan besar ada sesuatu yang salah di dalam dirinya.

Misalnya, seorang anak perempuan yang tadinya sangat percaya diri tiba-tiba berubah menjadi anak yang selalu ingin memuaskan orang lain dalam semalam; kemungkinan lainnya, seorang anak yang mengalami trauma akan memiliki suasana hati yang mudah berubah dan tidak terkontrol.

2. Amati perubahan emosinya. Anak-anak yang mengalami trauma umumnya akan lebih mudah menangis atau mengeluhkan hal-hal kecil yang sebelumnya tidak mengganggu mereka.

Baca Juga: Pasutri Wajib Tahu, Adab Berhubungan Intim Menurut Agama Islam

3. Waspadai munculnya perilaku atau kebiasaan yang umumnya hanya dimiliki oleh anak kecil. Seorang anak yang mengalami trauma kemungkinan akan terbiasa mengisap jari atau mengompol.

Meski lebih identik dengan anak-anak yang pernah mengalami kekerasan seksual atau mengikuti terapi kepatuhan untuk anak autistik, perilaku semacam itu juga tampak pada korban situasi traumatis lainnya.

4. Waspadai sikap pasif dan terlalu penurut. Anak-anak yang mengalami trauma (terutama mereka yang mengalami kekerasan dari orang dewasa), kemungkinan besar akan selalu berusaha memuaskan orang dewasa atau membuat mereka tidak marah.

Mereka mungkin akan terlihat selalu menghindari perhatian orang lain, sangat penurut, atau berusaha terlalu keras untuk menjadi anak yang "sempurna".

Baca Juga: Berikut Pernyataan Jokowi Jelang Aksi 11 April 2022

5. Waspadai kemarahan dan sikap agresif. Anak-anak yang mengalami trauma umumnya akan selalu bertingkah negatif, mudah frustrasi, dan mudah marah. Umumnya, mereka pun akan bersikap lebih agresif kepada orang lain. ***

Editor: Mohamad Ramdhani Amiri

Sumber: Berbagai sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah