23 Januari Hari Patriotik, Gorontalo Lebih Dulu Merdeka Daripada Indonesia

23 Januari 2023, 12:39 WIB
Hari Patriotik, Gorontalo Merdeka Sebelum Indonesia Merdeka /Tangkapan layar Instagram/@gorontalo.unite

PORTAL KOTAMOBAGU, Pikiran Rakyat - Setiap tanggal 23 Januari masyarakat Indonesia memperingati Hari Patriotik.

Hari Patriotik merupakan salah satu sejarah yang dibuat masyarakat Gorontalo sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia, pada 17 Agustus 1945.

Peristiwa yang pada akhirnya diperingati sebagai Hari Patriotik itu terjadi pada 23 Januari 1942, tiga tahun sebelum kemerdekaan Indonesia.

Lantas bagaimana sejarah peristiwa yang juga disebut sebagai Hari Proklamasi Gorontalo? Berikut ulasannya.

Baca Juga: Lirik Lagu Tahun Baru Imlek Gongxi Gongxi Lengkap dengan Huruf Cina, Latin serta Arti Bahasa Indonesia

Peristiwa ini diawali oleh rencana Belanda untuk membumihanguskan segala aset di daerah jajahan, termasuk aset-aset yang berada di Gorontalo, yang ternyata hanya merupakan propaganda untuk mengantisipasi serbuan tentara Jepang yang akan masuk ke Indonesia.

Rencana itu pun diketahui Saripa Rahman Hala, penyelidik pada pemerintahan Belanda, yang selanjutnya membocorkannya kepada Kaharu dan Ahmad Hippy.

Dari situ informasi tentang propaganda Belanda menyebar hingga sampai ke telinga Kusno Danupoyo dan Nani Wartabone.

Hati Nani Wartabone yang sering menyaksikan kekejaman para penjajah Belanda di desanya tergerak untuk berjuang dan menyiapkan strategi untuk merebut kekuasaan Belanda di Gorontalo.

Adapun peristiwa Hari Patriotik 23 Januari 1942 dirancang begitu rapi. Setelah salat subuh pada hari Jumat, pasukan Nani Wartabone mulai bergerak masuk ke wilayah pusat pemerintahan Belanda di Gorontalo.

Aksi pasukan yang dijuluki Pasukan Rimba ini akhirnya berhasil menarik simpati masyarakat yang dilalui, mulai dari tanah Suwawa.

Akhirnya, mereka berhasil mengajak ribuan orang dari berbagai daerah yang dilalui untuk ikut bersama-sama menyerbu pusat kota pemerintahan Belanda.

Pendang Kalengkongan dan Ardani Ali dari unsur Kepolisian lokal pun ikut bergabung dengan Pasukan Rimba untuk merebut kemerdekaan.

Setibanya di Kota Gorontalo, tepatnya di kompleks pemerintahan kolonial Belanda, Pasukan Rimba bersama rakyat mulai menguasai markas atau tangsi polisi, dan melakukan penangkapan terhadap para pejabat pemerintah Belanda, orang-orang Belanda, serta aparat Kepolisian Belanda di Gorontalo.

Tercatat, ada 15 orang anggota pemerintah kolonial Belanda yang berhasil ditangkap oleh Pasukan Rimba.

Adapun di depan Kantor Pos Gorontalo, Bendera Merah Putih dikibarkan sebagai pertanda Gorontalo telah bebas dari penjajah Belanda, serta menjadi bagian dari Negara Indonesia.

Pada momen ini, lagu kebangsaan Indonesia Raya turut dinyanyikan seluruh rakyat Gorontalo yang begitu riuh dan ramai memenuhi halaman Kantor Pos.

Selanjutnya, naskah proklamasi dibacakan Nani Wartabone. Dalam pidatonya, Nani menegaskan bahwa rakyat Gorontalo sudah merdeka dan lepas dari penjajah Belanda.

Pada hari itu juga, Gorontalo telah menyatakan ikut bergabung menjadi bagian Negara Indonesia dengan Merah Putih sebagai bendera Negara dan Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan negara.

Setelah itu, mereka membentuk Pucuk Pimpinan Pemerintahan Gorontalo (PPPG) yang juga disebut Komite 12, untuk menjalankan roda pemerintahan di Gorontalo yang telah ditinggalkan oleh penjajah Belanda.

Dalam Komite 12, Nani Wartabone sebagai Ketua, Kusno Danupoyo sebagai Wakil Ketua, Oe. H. Buluati sebagai Sekretaris, A.R.Ointoe sebagai Wakil Sekretaris.

Adapun anggotanya adalah Usman Monoarfa, Usman Hadju, Usman Tumu, A. G. Usu, M. Sugondo, R.M. Danuwatio, Sagaf Alhasni, dan Hasan Badjeber.

Selain itu, keberhasilan peristiwa Hari Patriotik Gorontalo juga disebarkan ke berbagai daerah di sekitar Gorontalo, agar dapat membangkitkan semangat perjuangan rakyat di berbagai daerah untuk meraih kemerdekaan.

Muhammad Tahir diutus ke Banggai, Ismail Komda ke Ampana, Dai Wartabone ke Una-una dan Ibrahim Usman ke Toli-Toli untuk menyebarluaskan berita tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia di Gorontalo ini.

Dalam informasi yang disebarkan itu, disampaikan pula bahwa Pemerintahan Nasional telah berdiri setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Gorontalo.

Yakni Nani Wartabone menjadi Kepala Pemerintahan di Gorontalo sekaligus Panglima Angkatan Perang Indonesia di Gorontalo.***

Editor: Sahril Kadir

Tags

Terkini

Terpopuler