Network
Portal Kotamobagu - Seperti adegan dalam sebuah drama gelap, dua bintang muda Italia, Sandro Tonali dan Nicolo Zaniolo, terpaksa mengungkap rahasia kelam mereka di hadapan penyidik.
Mereka mengakui bahwa mereka telah terlibat dalam dunia taruhan ilegal, tetapi dengan keras dan tegas mereka menyangkal bahwa taruhan tersebut ada hubungannya dengan dunia sepakbola.
Kisah ini seperti diambil langsung dari laman berita sensasional. Menurut laporan dari La Repubblica melalui Calciomercato.com, kedua pemain ini mendapatkan kunjungan tak terduga dari penyidik di pusat latihan timnas Italia di Coverciano pada malam sebelumnya.
Semuanya berawal dari gosip yang dihembuskan oleh kolumnis gosip terkenal, Fabrizio Corona, yang mendakwa bahwa Tonali dan Zaniolo terlibat dalam aktivitas bertaruh di platform ilegal.
Ketidakpastian dan ketegangan merayapi atmosfer saat kedua pemain muda tersebut memutuskan untuk meninggalkan skuat timnas Italia dan meninggalkan Coverciano.
Mereka pun digantikan oleh Samuele Ricci dan Stephan El Shaarawy dalam tim yang dipimpin oleh pelatih Luciano Spalletti.
Ketika berhadapan dengan penyidik, Sandro Tonali dan Nicolo Zaniolo, hampir tak dapat menahan air mata.
Mereka akhirnya mengakui bahwa mereka pernah melakukan taruhan di platform ilegal. Namun, keduanya dengan tegas menegaskan bahwa tidak ada satupun taruhan yang mereka pasang yang terkait dengan pertandingan sepakbola.
Baca Juga: Diincar Napoli! Antonio Conte Tolak Tawaran Presiden De Laurentiis
Mereka bersikeras bahwa permainan kartu poker dan blackjacklah yang lebih sering menjadi pilihan hiburan mereka.
Dalam proses penyelidikan, ponsel dan tablet pribadi keduanya turut diamankan oleh pihak berwajib, seolah-olah menjadi bukti-bukti dalam plot gelap yang semakin menggurita.
Mereka berdua juga menampik klaim bahwa mereka pernah berdiskusi dengan Nicolo Fagioli mengenai taruhan pada pertandingan sepakbola.
Sementara itu, berita lain yang muncul menyebutkan bahwa setidaknya 10 pemain Serie A lainnya juga terlibat dalam skandal taruhan yang terus berkembang ini.
Seluruh pemain yang terlibat berisiko menghadapi hukuman larangan bermain selama hingga tiga tahun, dan nasib mereka bergantung pada jalannya proses penyelidikan. ***
