Tembakau Alternatif Terbukti Minim Risiko Ketimbang Rokok, Akademisi: Karena Proses Pembakaran

19 Mei 2021, 18:21 WIB
Ilustrasi menolak untuk menerima merokok /mohamed_hassan/pixabay

PORTAL KOTAMOBAGU — Produk tembakau alternatif dari berbagai penelitian sudah terbukti minim risiko ketimbang rokok untuk kesehatan.

Jenis dari produk tembakau alternatif antara lain, rokok elektrik, tembakau kunyah, tembakau hisap, produk tembakau yang dipanaskan (bukan dibakar) dan kantong nikotin.

Dengan fakta itu, artinya, produk tembakau alternatif menjadi solusi untuk menurunkan prevalensi dalam merokok.

Baca Juga: Fakta Sebenarnya di Balik Foto Seorang Jurnalis yang Menangis Lantaran Melihat Kekejaman Israel

Hal itu disampaikan pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Padjadjaran, Ardini Raksanagara, seperti dilansir Portal Kotamobagu dari Pikiran Rakyat dalam artikel “Akademisi Unpad Sebut Tembakau Alternatif Berbeda dengan Rokok". 

Dia menjelaskan produk tembakau alternatif memiliki risiko yang lebih rendah daripada rokok karena tidak ada proses pembakaran dalam penggunaannya, berbanding terbalik dengan rokok.

“Jadi ketika rokok dibakar, maka menghasilkan TAR, yang terdiri dari banyak zat kimia berbahaya yang berpengaruh terhadap sistem tubuh manusia,” katanya saat dihubungi, Rabu 19 Mei 2021.

Baca Juga: Kian Berani, Israel Tantang Negara Lain untuk Perang, Termasuk Iran dan Turki

Bukti bahwa produk tembakau alternatif memiliki risiko yang lebih rendah daripada rokok salah satunya sudah dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP).

Dalam kajian dengan judul 'Pengurangan Bahaya Tembakau dan Studi Potensi Genotosik melalui Perhitungan Frekuensi Mikronukleus pada Apusan Sel Mukosa Bukal'.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perokok aktif memiliki jumlah inti sel kecil dalam kategori tinggi sebanyak 145,1.

Sedangkan, pengguna produk tembakau alternatif dan non-perokok masuk dalam kategori normal yang berkisar pada angka 76-85.

Baca Juga: Hamas Kembali Surati Presiden Jokowi, Berikut Permintaan Terbarunya

Jumlah inti sel kecil yang semakin banyak menunjukkan ketidakstabilan sel akibat paparan terhadap senyawa toksik yang merupakan indikator terjadinya kanker di rongga mulut.

Hasil riset memperlihatkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara jumlah inti sel kecil pada pengguna produk tembakau alternatif dengan non-perokok dan dua kali lebih rendah daripada perokok aktif.

“Itu sudah dibuktikan dari studi klinis yang dilakukan YPKP dari lapisan mukosa pada mulut. Makanya saya heran jika ada yang berpendapat kalau produk tembakau alternatif yang melalui proses pemanasan ini lebih berbahaya daripada rokok,” tegas Ardini.

Terpisah, Profesor dari Universitas Catania, Riccardo Polossa, yang menjadi narasumber dalam Global Tobacco & Nicotine Forum pada 27 April lalu, mengatakan produk tembakau alternatif terbukti mengurangi kadar risiko berbahaya hingga 80 persen sampai 90 persen.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Besok 20 Mei 2021: Karir dan Cinta Scorpio, Gemini dan Pisces

“Ini tidak berarti bebas risiko atau sepenuhnya bebas racun. Namun produk ini jauh lebih sedikit risikonya dibandingkan rokok,” katanya.

Oleh karena itu, Polossa sangat mendukung penggunaan produk tembakau alternatif untuk membantu perokok dewasa beralih dari rokok dan berpindah ke produk tembakau yang lebih rendah risiko.

“Saya memiliki begitu banyak pasien yang mengubah hidup mereka dengan produk tembakau alternatif Itu adalah pengalaman yang paling luar biasa bagi profesi medis saya,” ujarnya.

Baca Juga: Mantan Jubir Gus Dur dan Tokoh Pers Indonesia Wimar Witoelar Meninggal Dunia

Dengan rendahnya kadar risiko tersebut, sejumlah negara telah memaksimalkan produk tembakau alternatif untuk menurunkan angka perokoknya. Sebut saja Inggris dan Jepang yang kini merasakan hasil positif dengan mendukung penggunaan produk tembakau alternatif.

Penggunaan produk tembakau alternatif di Inggris telah mendorong 20.000 perokok berhenti merokok setiap tahunnya.

Badan statistik Inggris melaporkan angka perokok mengalami penurunan dari 14,4 persen pada 2018 lalu menjadi 14,1 persen atau setara dengan 6,9 juta perokok pada 2019.

Baca Juga: Motor Sport Terbaru Yamaha R7 Mulai Dikirim Oktober 2021

Adapun berdasarkan hasil survei Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang, angka perokok pria turun di bawah 30 persen untuk pertama kalinya menjadi 28,8 persen pada 2019.

Angka perokok perempuan turut berkurang 0,7 poin menjadi 8,8 persen pada tahun 2019.***(Muhammad Irfan/Pikiran Rakyat)

Editor: Cadavi Lasena

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler